Sesat, Warga Bekasi Geruduk Rumah Umi Cinta Karena Janjikan Masuk Surga Bayar Rp1 Juta

Aktivitas keagamaan yang dipimpin seorang perempuan berinisial PY, atau yang dikenal sebagai 'Umi Cinta', di Perumahan Dukuh Zamrud, Bekasi, memicu protes keras dari ratusan warga.
Kegiatan yang diduga telah berlangsung selama 8 tahun ini dianggap meresahkan karena tidak memiliki izin dan diduga menyebarkan ajaran yang menyimpang.
Puncak ketegangan terjadi pada Minggu, 10 Agustus 2025 kemarin ketika warga beramai-ramai mendatangi rumah PY untuk menuntut agar kegiatan tersebut segera dihentikan.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Umi Cinta? Sosok di Balik Janji Surga Rp 1 Juta yang Gegerkan Bekasi
Menurut AB, seorang tokoh agama setempat, kegiatan PY tidak pernah mendapat persetujuan dari ketua RT maupun RW.
"Iya enggak ada izin lingkungan RT dan RW," jelasnya.
Baca Juga: Sosok Umi Cinta Alias Putri Yeni Klaim Bisa Ajak Orang Masuk Surga Asal Bayar Rp1 Juta
Pertemuan yang rutin diadakan setiap akhir pekan ini dihadiri sekitar 70 orang dan kerap menyebabkan kemacetan karena peserta memarkir kendaraan sembarangan.
Awalnya, warga masih bisa mentoleransi keberadaan kelompok ini.
Namun, keresahan memuncak setelah mantan anggota membongkar praktik-praktik yang dinilai tidak wajar.
Salah satu pengakuan yang paling menggegerkan adalah janji surga bagi mereka yang membayar infak Rp1 juta.
"Ada (keterangan) kalau mau masuk surga dibayar Rp 1 juta," ungkap AB.
Selain itu, Ustaz Abdul Halim, tokoh masyarakat lain, menambahkan bahwa setiap peserta yang hadir dipungut biaya Rp100 ribu per orang.
"Kalau suami-istri berarti Rp 200 ribu. Kalau bawa anak dua, ya, dihitung semua bisa Rp 400 ribu sekali datang," tuturnya.
jemaah Umi Cinta saat digerebek warga
Warga juga mengeluhkan perubahan perilaku pengikut Umi Cinta, seperti istri yang berani melawan suami dan anak yang menolak menuruti orang tua.
Praktik pencampuran laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan tanpa pemisah serta beberapa perempuan yang melepas hijabnya setelah bergabung, semakin menambah kekhawatiran warga.
Warga berharap pihak berwenang segera turun tangan.
"Selain mengganggu kenyamanan, ini sudah merusak keharmonisan keluarga dan memecah belah warga," kata TS, seorang warga.
Aksi protes pada hari Minggu itu dengan membentangkan spanduk penolakan di depan rumah PY dan gerbang perumahan, menjadi penanda bahwa warga tidak akan lagi menoleransi kegiatan tersebut.
Hingga saat ini PY belum bisa dimintai keterangan, karena menurut warga, dia jarang berada di rumah.