Profil dan Kisah Tragis Junko Furuta, Gadis Jepang yang Fotonya Dibuat Lelucon oleh Nessie Judge
Baru-baru ini, YouTuber Indonesia Nessie Judge, membuat geram publik Jepang, lantaran ia menggunakan foto Junko Furuta bahan lelucon, yakni menjadikannya sebagai latar video boy band asal Korea Selatan, NCT Dream dalam episode spesial Halloween untuk channel YouTube-nya.
Tindakan Nessie tersebut langsung menuai hujatan tidak hanya dari publik Jepang, tapi juga dari netizen Indonesia. Mereka menilai Nessie sama sekali tidak menghormati korban kejahatan seksual dan pembunuhan paling brutal di Jepang.
Menyadari kesalahan dari tindakannya itu, Nessie segera membuat video permintaan maaf secara terbuka, terutama pada publik Jepang.
Baca Juga: Nessie Judge Bikin Emosi Warga Jepang Gegara Foto Junko Furuta di Kolab Bareng NCT DREAM
Namun, di balik kesalahan yang dibuat oleh Nessie Judge, siapa sebenarnya Junko Furuta? Seperti apa sosoknya dan setragis apa kisahnya? Berikut ini ulasan lengkapnya.
Junko Furuta yang lahir pada 18 Januari 1971 ini tumbuh besar di Misato, Prefektur Saitama, tempat ia tinggal bersama orang tua, kakak laki-laki, dan adik laki-lakinya.
Baca Juga: SM Entertainment Jepang Resmi Umumkan Girl Group Baru GPP, Siap Debut Akhir Tahun 2025
Junko Furuta adalah seorang siswi sekolah menengah Jepang berusia 17 tahun pada saat ia diculik, diperkosa, disiksa, dan dibunuh.
Foto Junko Furuta (Instagram)Penyiksaan terhadapnya dilakukan oleh empat remaja laki-laki, yaitu Hiroshi Miyano (18), Jō Ogura (17), Shinji Minato (16), dan Yasushi Watanabe (17). Penyiksaan dan perkosaan terhadap Junko sebelum akhirnya ia dibunuh berlangsung selama 40 hari, dimulai pada 25 November 1988.
Di Jepang, kasus Junko ini dikenal sebagai "kasus pembunuhan siswi SMA berkurung beton", karena jasad Junko Furuta ditemukan di dalam drum berisi beton.
Namun sayang, hukuman yang dijatuhkan pengadilan Jepang pada empat pelaku dinilai sama sekali tidak adil, yakni vonis penjara yang berkisar antara 7 hingga 20 tahun.
Kebrutalan kasus ini menggemparkan Jepang, dan disebut-sebut sebagai kasus kejahatan remaja terburuk dalam sejarah pascaperang negara tersebut.
Pada saat ia dibunuh, Junko adalah siswi kelas tiga SMA Yashio-Minami yang berusia 17 tahun, dan ia bekerja paruh waktu di pabrik cetakan plastik sejak Oktober 1988 untuk menabung guna kelulusannya nanti.
Selain itu, Junko juga menerima pekerjaan di sebuah toko elektronik, tempat ia berencana untuk bekerja setelah lulus.
Junko sangat disukai oleh teman-teman sekelas dan guru-gurunya, karena ia gadis yang pintar, rajin, sederhana dan pandai membawa diri dalam pergaulan.
Menurut teman-temannya, Junko bermimpi menjadi seorang penyanyi idola.
Sementara itu, keempat pelaku utama penculik, pemerkosa, penyiksa dan pembunuh Junko adalah anak-anak putus sekolah pada musim panas 1988, dan terlibat dalam kejahatan terorganisir sebagai Chinpira (Yakuza berpangkat rendah).
Mereka mulai menggunakan rumah keluarga Minato di Adachi, Tokyo, sebagai tempat nongkrong.
Mulai bulan Oktober, mereka terlibat dalam berbagai kejahatan termasuk pencurian (penjambretan dan pencurian mobil), penyerangan, dan pemerkosaan.
Pada 8 November, kelompok tersebut menculik seorang perempuan berusia 19 tahun di Adachi dan memperkosanya secara beramai-ramai di sebuah hotel di sana.
Pada 27 Desember, saat Junko ditawan, kelompok tersebut menculik perempuan berusia 19 tahun lainnya di Adachi dan memperkosanya secara beramai-ramai di sebuah motel di sana.
Junko Furuta meninggal pada 4 Januari 1989 setelah diperkosa dan disiksa secara tidak manusiawi, dan jenazahnya dimakamkan pada 2 April 1989.
Saat pemakaman itu, calon majikan Junko di toko elektronik memberikan seragam yang akan dikenakan Junko jika ia bekerja di perusahaannya kepada orang tuanya, dan seragam itu pun ditaruh di dalam peti jenazahnya.
Saat wisuda, kepala sekolah memberikan ijazah Junko kepada orang tuanya.
Kini, lokasi di Wakasu tempat jasad Junko ditemukan dijadikan kawasan industri.