Polisi Klaim Tangkap Bjorka! Deddy Corbuzier Langsung Mencibir Begini

Kepolisian Republik Indonesia kembali mengumumkan penangkapan terhadap terduga peretas yang disebut-sebut sebagai sosok di balik nama "Bjorka".
Pria berinisial WFT (22) asal Minahasa, Sulawesi Utara, menjadi tersangka utama dalam kasus dugaan akses ilegal terhadap data nasabah bank swasta di Indonesia.
Penangkapan dilakukan oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Polisi menyebut WFT sebagai pemilik akun media sosial yang menggunakan nama “Bjorka”, dengan salah satu akun yang teridentifikasi bernama @bjorkanesiaaa.
Baca Juga: Biodata dan Agama Sabrina Chairunnisa, Istri Deddy Corbuzier yang Diisukan Retak Rumah Tangganya
Menurut keterangan resmi, WFT diduga melakukan manipulasi data dan penyebaran informasi pribadi. Kasus ini dikaitkan dengan dugaan peretasan terhadap sekitar 4,9 juta data nasabah bank swasta nasional.
Namun, tak lama setelah pengumuman penangkapan, muncul bantahan dari akun yang mengklaim sebagai Bjorka asli. Akun tersebut kembali aktif dan menuliskan pesan bernada sindiran terhadap aparat penegak hukum.
Baca Juga: Geger! Sabrina Chairunnisa Bongkar Soal Gundik! Netizen: Ini Tentang Deddy Corbuzier?
Pesan yang diunggah akun itu berisi bantahan.
“Kamu pikir itu aku? Semua orang menggunakan namaku, tapi kamu tidak sadar aku masih bebas," bunyi pesan dari akun yang mengklaim Bjorka asli.
Unggahan tersebut memicu perdebatan di kalangan pengguna media sosial. Banyak warganet mempertanyakan apakah WFT benar-benar sosok di balik serangan siber yang selama ini dilakukan oleh Bjorka.
Teguh Aprianto dan Deddy Corbuzier (Podcast-DeddyCorbuzier)
Keraguan publik semakin kuat setelah sejumlah pengamat siber menilai bahwa profil WFT tidak sesuai dengan kemampuan teknis yang ditunjukkan oleh Bjorka dalam serangan sebelumnya.
Polisi menyebut WFT merupakan pengangguran dan tidak menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia mengaku belajar tentang peretasan secara otodidak melalui internet dan media sosial.
Perbedaan latar belakang tersebut dinilai kontras dengan skala dan kompleksitas aksi peretasan yang selama ini dilakukan oleh Bjorka, yang kerap menargetkan lembaga pemerintahan dan data pejabat negara.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman terkait jejak digital tersangka.
“Kami belum dapat memastikan 100 persen keterkaitan WFT dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh Bjorka. Penyelidikan masih berlangsung,” ujar perwira tersebut dalam konferensi pers.
Wakil Direktur Siber Polda Metro Jaya, AKBP Vian Yunus, menambahkan bahwa WFT memang pernah menggunakan identitas Bjorka sejak 2020.
Deddy Corbuzier (YouTube)
Namun, ia menegaskan bahwa identitas di dunia maya bisa saja palsu.
“Di internet, everybody can be anybody. Itu masih dalam penyelidikan,” kata Vian.
Kasus ini kemudian menjadi sorotan publik, terutama setelah beberapa tokoh publik menanggapi perkembangan terbaru tersebut. Salah satunya adalah podcaster Deddy Corbuzier.
“Ekspresi gue waktu tahu Bjorka ketangkep. Terus Bjorkanya nge-Tweet bukan gue, week Capek.” Ungkap Deddy Corbuzier pada 7 Oktober 2025.
Deddy juga mengangkat topik ini dalam podcast-nya yang berjudul “ITU POLISI NANGKEP ANAK PUNK🤣‼️Saya tau BJORKA, dan…”, di mana ia membahas kejanggalan antara klaim penangkapan dan respons dari akun Bjorka asli.
Kritik serupa muncul di berbagai platform media sosial. Warganet menyoroti adanya perbedaan besar antara motif yang dilakukan WFT dan aksi Bjorka sebelumnya yang bersifat politis atau kritik sosial.
Menurut penyelidikan sementara, WFT dituduh terlibat dalam peretasan data bank dengan motif dugaan pemerasan. Sedangkan Bjorka dikenal melakukan kebocoran data berskala besar terhadap lembaga pemerintah tanpa indikasi motif finansial.
Sejumlah pakar keamanan siber mengingatkan agar aparat berhati-hati dalam menetapkan tersangka dalam kasus peretasan. Mereka menekankan pentingnya bukti digital yang konkret untuk memastikan identitas pelaku sebenarnya.
Kasus ini juga mengingatkan publik pada penangkapan terduga Bjorka sebelumnya di Madiun pada tahun 2023. Saat itu, seorang remaja sempat ditahan namun kemudian dipulangkan setelah tidak ditemukan bukti keterlibatan langsung dalam aktivitas peretasan.
Kepolisian menyatakan masih mengumpulkan bukti digital tambahan berupa log aktivitas, jejak IP address, dan data komunikasi tersangka dengan pihak lain. Semua temuan akan dianalisis lebih lanjut oleh laboratorium forensik digital.
Pihak kepolisian juga membuka kemungkinan bahwa lebih dari satu pihak menggunakan identitas Bjorka untuk berbagai kepentingan, baik finansial maupun untuk tujuan manipulasi publik.
Dalam beberapa unggahan di media sosial, publik menuntut transparansi hasil penyelidikan. Banyak pengguna internet menilai bahwa bukti digital perlu dipublikasikan secara terbuka untuk menghindari kesalahpahaman.
Hingga saat ini, kepolisian belum memberikan pembaruan resmi terkait hasil pemeriksaan digital forensik WFT.