Pencoblosan Pemilu 2024 telah selesai. Dari hasil hitung cepat atau quick count, pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka unggul dengan perolehan suara di atas 50 persen.
Meski baru menang dari hitung cepat, kubu Prabowo-Gibran sudah merayakan bersama pendukungnya.
Dari kediamannya di Kertanegara, Jakarta, Prabowo menuju Istora Senayan bersama Gibran dan para pendukung mereka pada Rabu (14/2/2024) malam. Di Istora, Prabowo menyampaikan pidato pertama usai unggul versi hitung cepat.
Di hadapan para pendukungnya, Prabowo mengucapkan banyak terima kasih. Prabowo Subianto juga menyapa petinggi partai koalisi hingga para influencer yang mendukungnya di Pilpres 2024.
Prabowo Subianto [Instagram/prabowo]
Namun, ada momen menarik. Prabowo Subianto juga menyapa mantan istrinya, Titiek Soeharto.
Begitu mendengar namanya disebut, Titiek yang duduk bersama para tokoh, termasuk putranya, Didit Hediprasetyo atau dikenal Didit Prabowo, langsung berdiri.
Putri presiden kedua RI Soeharto ini juga melambaikan tangan seraya tersenyum.
Momen Prabowo Subianto menyapa Titiek Soeharto disambut riuh para pendukung. Istora pun bergema karena orang-orang di sana kompak bersorak kegirangan.
Para pendukung seolah terbawa perasaan atau baper melihat momen mantan pasangan suami istri tersebut.
Menariknya lagi, Didit yang duduk di sebelah sang bunda juga ikut terbawa suasana dengan tersipu malu. Dia seakan tak menyangka kedua orangtuanya jadi magnet orang-orang di sana.
Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto memang selalu dikaitkan tiap kali Menteri Pertahanan itu ikut kontestasi politik.
View this post on Instagram
Pasalnya, sampai sekarang Prabowo Subianto masih menduda. Banyak yang penasaran, jika Prabowo jadi presiden terpilih, siapa yang jadi ibu negaranya.
Gara-gara itu, para pendukung Prabowo Subianto seperti menjodoh-jodohkannya dengan Titiek Seoharto.
Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto bercerai pada Mei 1998 atau 15 tahun setelah menjalani rumah tangga.
Perceraian mereka disebut-sebut terpaksa karena kondisi politik yang memanas pada waktu itu. Ya, Presiden Soeharto ketika itu dipaksa turun oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia akibat krisis ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan sosial-budaya.
