Karier The Rock Goyang! Film Terbarunya ‘The Smashing Machine’ Gagal Total di Box Office

Aktor sekaligus mantan pegulat WWE, Dwayne “The Rock” Johnson, tampaknya harus menelan pil pahit di box office pekan ini. 

Melansir dari Deadline pada Rabu (8/10/2025), film terbarunya yang berjudul The Smashing Machine, justru menjadi film dengan pembukaan terendah sepanjang kariernya, hanya meraup sekitar USD 5,9 juta (sekitar Rp96 miliar) di Amerika Serikat pada pekan perdananya.

Padahal, proyek film ini sangat berarti bagi Johnson. The Smashing Machine mengisahkan kehidupan petarung UFC legendaris, Mark Kerr, dan disebut sebagai proyek impian yang telah lama ia perjuangkan. 

Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Film Dilanjutkan Salah Disudahi Perih, Drama Rumah Tangga Penuh Konflik

Johnson pertama kali mengumumkan film ini pada ajang penimbangan UFC 244 di November 2019, menjadikannya sebagai karya penuh dedikasi pribadi.

Sayangnya, meski mendapat tepuk tangan meriah selama 15 menit di Festival Film Venesia dan sempat dipuji karena penampilan emosional Johnson yang menangis di atas panggung, film ini gagal menarik penonton umum. 

Dwayne Johnson, The Smashing Machine

Baca Juga: Ketahuan Menyusup Lagi! Ibo Setiawan Diusir dari Gala Premiere Film Dia Bukan Ibu

Penurunan tajam dari prediksi awal box office menjadi tanda awal kegagalannya. Sebelumnya, film ini diperkirakan akan menjadi salah satu debut terbaik A24 dengan pendapatan mencapai USD 15–20 juta, namun kenyataannya jauh di bawah ekspektasi.

Film ini sebenarnya sempat digadang-gadang sebagai calon peraih penghargaan, apalagi setelah sutradara Benny Safdie memenangkan Silver Lion di Venesia, dan ulasan awalnya cukup positif dengan skor 73% di Rotten Tomatoes. Namun, setelah tayang di Festival Film Toronto, mulai beredar kabar bahwa film ini tidak seperti yang diharapkan.

Bukan karena Johnson tampil buruk, justru sebaliknya, ia tampil berani dan berbeda — melainkan karena ceritanya yang berat dan tidak konvensional. 

The Smashing Machine bukan film olahraga yang heroik atau kisah kebangkitan seorang juara, melainkan drama lambat tentang seorang atlet yang berjuang melawan kecanduan narkoba.

Film ini pun hanya meraih CinemaScore B-, nilai yang menunjukkan penerimaan penonton yang terbagi. Meskipun begitu, bagi studio A24, nilai itu bukan hal baru, karena mereka memang dikenal menghasilkan film dengan gaya artistik yang tidak selalu cocok untuk pasar luas.

Dari sisi finansial, film ini memiliki biaya produksi bersih sebesar USD 50 juta, berkat bantuan insentif pajak dari Vancouver dan New Mexico. Kerugian yang diperkirakan hanya sekitar USD 10–15 juta, tergolong kecil untuk film sebesar ini. 

Apalagi, penjualan hak distribusi internasional yang digalang Johnson di Festival Cannes 2024 mencapai sekitar USD 35 juta, serta adanya kerja sama distribusi eksklusif dengan HBO Max yang membantu menutup biaya produksi.

Menariknya, Johnson bahkan rela memotong honor pribadinya demi film ini. Ia hanya menerima bayaran USD 4 juta, jauh di bawah tarif biasanya yang mencapai lebih dari USD 20 juta, dan kabarnya bahkan memberikan sebagian gajinya untuk lawan mainnya, Emily Blunt dan Mark Kerr.

Namun, para analis menilai bahwa film bertema gulat dan olahraga keras memang memiliki batas pasar yang kecil. Sejak dulu, film dengan tema seperti ini jarang sukses besar di box office, kecuali beberapa pengecualian seperti Nacho Libre (2006) yang dibintangi Jack Black.

Dwayne “The Rock” Johnson

Dengan segala usaha dan dedikasinya, kegagalan The Smashing Machine menjadi pukulan berat bagi Dwayne Johnson seorang bintang yang dikenal sebagai sosok pekerja keras dan promotor ulung dengan lebih dari 500 juta pengikut di media sosial.

Kini, publik menantikan langkah selanjutnya dari “The Rock”: apakah ia akan kembali dengan film aksi besar yang menjadi ciri khasnya, atau tetap mengejar pengakuan sebagai aktor drama serius di dunia perfilman Hollywood?