Diungkap Saksi, Vadel Badjideh yang Pesan Obat Aborsi Buat Anak Nikita Mirzani

Persidangan kasus dugaan tindakan asusila yang menyeret nama Vadel Badjideh terus bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 

Pada sidang tertutup yang digelar Senin (21/7/2025), 5 saksi dihadirkan oleh pihak pelapor.

Salah satu saksi kunci, berinisial A, memberikan kesaksian mengejutkan.

Baca Juga: Nikita Mirzani Gak Akan Maafin Vadel, Ada Kejadian Mengerikan yang Dialami Laura Meizani

Fahmi Bachmid, kuasa hukum Nikita Mirzani, mengungkap fakta yang mencengangkan dari kesaksian A. 

Menurutnya, Vadel Badjideh sendirilah yang memesan obat aborsi untuk menggugurkan kandungan anak dari Laura Meizani (LM), putri sulung Nikita Mirzani.

Baca Juga: 3 Skandal Maut Nikita Mirzani Tahun 2024, Terbaru Labrak Iis Dahlia

"Terungkap di fakta persidangan bahwa obat itu dipesan oleh terdakwa sendiri. Itu yang disampaikan saksi A di depan hakim,” ujar Fahmi usai sidang.

Fahmi awalnya enggan membeberkan detail ini ke publik. 

Namun, dia merasa perlu menjelaskan karena pihak lawan sering membagikan narasi sepihak di media sosial. 

Menurut Fahmi, pembelian obat tersebut merupakan bentuk nyata intervensi Vadel terhadap korban.

"Obat itu digunakan untuk menggugurkan kandungan. Berdasarkan keterangan saksi A, yang membeli adalah terdakwa sendiri," tegas Fahmi.

Fakta ini tentu saja menambah beban bagi Nikita Mirzani. 

Fahmi menyampaikan bahwa kliennya sangat terpukul mendengar kesaksian para saksi di ruang sidang. 

"Nikita menangis. Ia merasa hancur karena anaknya tidak akan pernah sama lagi. Dan yang pasti, Nikita tidak akan memaafkan," ucap Fahmi menggambarkan kepedihan yang dirasakan Nikita.

Sebagai informasi, kasus ini bermula dari laporan Nikita Mirzani ke Polres Metro Jakarta Selatan pada September 2024. 

Nikita menuduh Vadel melakukan persetubuhan dan tindakan aborsi terhadap putrinya yang masih di bawah umur.

Vadel dilaporkan atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Kesehatan, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.