Kuasa hukum anak Vincent Rompies mengatakan kliennya diminta untuk mengundurkan diri dari BINUS School Serpong. Padahal minggu depan anak tersebut harus menghadapi ujian akhir.
Anak dari selebritas Vincent Rompies yang terlibat dalam kasus Geng Tai, masih belum kembali ke sekolah. Kuasa hukumnya, Yakup Hasibuan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap pendidikan kliennya, terutama karena minggu depan seharusnya anak tersebut sudah mengikuti ujian sekolah tingkat akhir.
Sikap Tengil Anak Vincent Rompies Jadi Omongan [YouTube]
Yakup Hasibuan menekankan pentingnya hak pendidikan anak dalam pembicaraannya mengenai klien yang masih di bawah umur tersebut. Dia menyebut bahwa anak Vincent Rompies diminta untuk mengundurkan diri dari sekolahnya.
“Padahal bagian kuncinya tuh, minggu depannya itu ujian loh,” kata Yakup Hasibuan ditemui di kawasan Depok, Jawa Barat.
Dia menyayangkan keputusan sekolah yang dianggap terlalu tergesa-gesa dan sepihak dalam meminta anak Vincent Rompies untuk mundur. Hal itu semakin membuat miris karena hak pendidikan anak tetap harus diperhatikan.
View this post on Instagram
“Jadi bayangkan dari kelas 1 sampai kelas 12 (3 SMA) belajar di sekolah itu, terus yang seharusnya sekolah itu membimbing dan memberikan pembinaan, tapi sangat disayangkan ini kok sepihak dan sangat buru-buru ya, tiba-tiba ya (diminta) mohon mengundurkan diri gitu. Itulah dari kami sebagai pihak kuasa hukum keluarga juga menyayangkan,” ungkapnya.
Pendidikan menjadi salah satu yang diperjuangkan oleh Yakup Hasibuan untuk kliennya. Dia mengingat pelapor dan terlapor dalam kasus Geng Tai masih di bawah umur.
Kuasa hukum anak Vincent Rompies itu menegaskan aspek sosial dan pendidikan mereka wajib diperhatikan.
Yakup Hasibuan juga menyoroti fakta bahwa anak Vincent Rompies telah diterima di sebuah perguruan tinggi dan siap menjalani ujian akhir. Namun diminta untuk mundur dari sekolah tanpa adanya koordinasi atau pendekatan dari pihak yang berwenang jadi sesuatu yang membuat kliennya bingung.
“Tentu (berjuang untuk hak pendidikannya), bayangin saja dari kelas 10 sampai kelas 12, minggu depannya ujian, mau ada ujian akhir. Terus anak ini sudah diterima di sebuah perguruan tinggi juga,” tuturnya.
“Hanya karena mendengar adanya laporan berita, tanpa menunggu pihak yang berwenang dan berkoordinasi, (anak terlapor) diminta mundur. Apakah dasar berita yang berkembang bisa dijadikan alasan seorang untuk mundur (dari sekolah)? Itu sih yang kita sayangkan,” kata Yakup Hasibuan.
Mengenai hal tersebut, dikatakan oleh Inspektorat Jenderal Kemendikbud, Chatarina Girsang mereka akan terus mencari jalan keluar terbaik.
“Jadi ini yang sedang akan kita diskusikan, mencari jalan keluar dengan berpihak pada kepentingan anak dan juga kepada kepentingan korban. Kalau ada orang tua yang sukarela, ya nggak bisa kita larang. Yang penting intinya adalah keberpihakan pada anak, baik sebagai korban maupun anak pelaku,” kata Chatarina Girsang usai bertemu pihak BINUS School Serpong, hari ini.
Sementara terduga pelaku masih terdaftar sebagai siswa di sekolah tersebut. Namun nasib mereka akan terus dipantau dalam proses hukum yang sedang berjalan.
“Sampai saat ini masih sebagai siswa karena kan proses hukumnya masih berjalan dan itu harus kita hormati,” tegas Chatarina Girsang.
Sanksi terhadap para terduga pelaku akan diserahkan kepada pihak kepolisian yang sedang menangani kasus ini. Itu dikarenakan kasus ini sudah masuk tahap penyidikan kepolisian.
“Itu kita serahkan ke kepolisian, hari ini kita jembatani untuk hak pendidikan anak,” ucap PLT Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA, Rini Handayani.
Pertemuan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menangani kasus-kasus kekerasan di sekolah dengan memberikan perlindungan yang sesuai bagi seluruh individu yang terlibat.
