Kasus sengketa tanah pondok pesantren di Pekanbaru antara ayah Atta Halilintar, Anofial Asmid dengan Yayasan Al Anshar belum selesai.
Kini, pihak yayasan menyeret nama Happy Hariani. Sosoknya pernah viral karena mengaku sebagai mantan istri kedua Anofial.
Bukan tanpa alasan pihak yayasan menyebut nama Happy Hariani. Ternyata, Happy tahu betul persoalan sengketa tanah Anofial dan pihak yayasan.
“Iya, beliau salah satu orang yang mengetahui sejarah tanah itu,” ujar pengacara yayasan Al-Anshar, Dedek Gunawan dalam jumpa pers, Senin (18/3).
Anofial Asmid dan Geni Faruk, orangtua Atta Halilintar [Instagram]
Happy Hariani juga sempat berkomentar ihwal persoalan tersebut. Pendapatnya disampaikan di kolom komentar unggahan Atta Halilintar.
“Beliau menyatakan yang pada intinya beliau tahu persis tentang tanah itu dan beliau bisa mengatakan kebenaran. Cuma, dari Mas Atta nggak ada respons,” kata Dedek.
Pihak yayasan juga membuka peluang menjadikan Happy Hariani sebagai saksi di sidang kasus sengekata tanah di pengadilan.
“Iya nanti mungkin akan jadi pertimbangan kami juga untuk menghadirkan beliau di persidangan sebagai saksi,” ujar Dedek.
Kasus sengeketa tanah ini terungkap dari konferensi pers yang digelar pihak yayasan.
Di kesempatan tersebut, ayah Atta Halilintar dituding mengambil alih aset milik yayasan.
Versi pihak yayasan, masalah ini berawal saat tanah yang jadi sengketa dulunya dibeli secara kolektif pada 1993. Tujuan dibeli untuk pembangungan pesantren.
Pada 1999, ayah Atta Halilintar yang ketika itu menjabat pimpinan yayasan disebut mengambil alih kepemilikan tanah tersebut. Sertifikat tanah kemudian atas nama Anofial Asmid.
Kemudian pada 2003, Anofial Asmid didepak dari yayasan karena dianggap menyalahgunakan jabatan. Karena itu, ayah Atta Halilintar tersebut harus mengembalikan tanah kepada yayasan.
Anofial Asmid dan Geni Faruk, kedua orangtua Atta Halilintar [Instagram]
Bukannya menyerahkan tanah tersebut, Anofial Asmid malah melayangkan gugatan ke pengadilan. Dia minta agar sertifikat yang dipegang oleh yayasan diserahkan padanya.
Sampai sekarang perkara sengketa tanah pondok pesantren tersebut masih bergulir di Pengadilan Negeri Pekanbaru.
Pihak yayasan tak asal mengklaim. Mereka punya bukti kalau tanah tersebut dibeli secara kolektif, bukan Anofial seorang.
“Kami bisa menunjukkan bukti bahwa tanah itu dibeli oleh perorangan anggota yayasan Al-Anshar, yang pada saat itu bernama Al-Arqom,” kata Dedek.
“Di notaris Malaysia juga disebutkan yang melakukan pembayaran adalah Tuan Firdaus, salah satu anggota yayasan,” sambungnya.
