Puasa dan GERD: Musuh atau Teman?
Pernahkah kamu merasakan sensasi panas terbakar di dada saat berpuasa? Sensasi itu, yang dikenal sebagai heartburn, merupakan salah satu gejala GERD, atau penyakit asam lambung.
GERD vs Puasa: Pertarungan Sengit
GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan rasa perih dan panas. Banyak yang beranggapan bahwa puasa, dengan menahan lapar dan haus, dapat memperparah kondisi ini.
Namun, penelitian menunjukkan sebaliknya. Puasa Ramadan, dengan kontrol diri dan pola makan yang tepat, mampu membantu penyembuhan GERD.
Rahasia di Balik Kemampuan Puasa
1. Melatih Pikiran dan Kendali Diri
Menurut dr. Aru Ariadno, Sp.PD KGEH, gangguan asam lambung sering kali dipicu oleh stres dan pikiran. Puasa Ramadan melatih kita untuk mengendalikan pikiran dan emosi, sehingga meminimalisir stres dan meredakan gejala GERD.
2. Menekan Produksi Asam Lambung
Saat berpuasa, lambung memiliki waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Hal ini membantu menekan produksi asam lambung, meredakan peradangan, dan memperkuat katup kerongkongan.
Tips Menjalani Puasa dengan GERD
Konsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa, terutama jika kamu memiliki kondisi GERD yang parah.
Perhatikan pola makan:
- Sahur: Konsumsi makanan tinggi serat, protein, dan hindari karbohidrat berlebihan.
- Berbuka: Awali dengan makanan manis seperti kurma, hindari makan besar secara langsung.
- Makan besar: Lakukan setelah salat Magrib dan tunggu dua jam sebelum tidur.
Hindari makanan dan minuman pemicu GERD: kopi, makanan pedas, ketan, tape, dan lainnya.
Puasa dan GERD: Berteman Menuju Kesembuhan
Dengan kontrol diri, pola makan yang tepat, dan konsultasi dokter, puasa Ramadan dapat menjadi teman dalam perjalananmu menuju kesembuhan dari GERD.
Ingat: dengarkan tubuhmu dan jangan ragu untuk membatalkan puasa jika gejala GERD memburuk.
Selamat menjalankan ibadah puasa!
