Apa Bedanya Sama Koruptor? Ustaz Felix Siauw Tegas Tolak Pembenaran Aksi Penjarahan DPR
Gosip

Ustaz Felix Siauw angkat bicara terkait aksi penjarahan yang menimpa sejumlah anggota DPR, di antaranya Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, dan Nafa Urbach pada 30 Agustus lalu.
Dalam pandangannya, apapun alasannya, menjarah tetap merupakan tindakan yang salah.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi tamu di podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier, yang tayang pada Rabu, 10 September 2025.
Baca Juga: Eko Patrio Ngaku Gaji DPR Kecil, Netizen: Kalau Rugi, Ngapain Betah?
“Aku tetap enggak setuju, walaupun unpopular opinion untuk sekarang ya,” ujar Felix dengan tegas.
Ulama berusia 41 tahun ini menyadari bahwa pendapatnya tidak sejalan dengan banyak komentar warganet yang membela aksi massa.
Baca Juga: Omara Esteghlal Sindir DPR dan Aparat: Rakyat yang Bayar, Rakyat Harus Dilindungi!
Namun, ia percaya bahwa seiring waktu, sudut pandangnya akan lebih mudah diterima akal sehat.
Felix Xiauw (Instagram/felix.siauw)
“Dan memang betul, komen-komen itu semua mengatakan bahwa itu adalah unpopular opinion sampai di titik ini. Tapi aku yakin, ke depan akan lebih make sense,” jelasnya.
Menurut Felix, bahaya terbesar bukan hanya pada aksi penjarahannya, melainkan pada proses pembenaran terhadap sebuah kesalahan.
Ia menegaskan, ketika sebuah perbuatan salah dianggap benar demi alasan tertentu, seseorang bisa kehilangan rasa bersalah. Kondisi ini, kata Felix, tak jauh berbeda dengan praktik korupsi.
“Apa bedanya lo sama koruptor? Karena koruptor juga bilang hal yang sama,” ucapnya memberi perbandingan.
Felix Xiauw (Youtube/DeddyCorbuzier)
Felix menolak keras logika “demi kebaikan yang lebih besar” atau for the greater good yang sering dipakai untuk membenarkan perilaku salah.
“Artinya, kita enggak bisa for the greater good. Aku enggak sepakat pada orang-orang yang memberikan pembenaran, dalih, bukan dalil, terhadap segala sesuatu yang salah,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, aksi penjarahan terjadi di rumah beberapa anggota DPR yang dianggap menyakiti hati rakyat. Gelombang massa menargetkan Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Nafa Urbach.
Imbas dari kejadian itu, keempatnya kini dinonaktifkan dari jabatannya sebagai anggota dewan.