Marthino Lio Bahas Keris Keramat: Bagian Budaya yang Harus Dijaga
Film

Dalam film terbarunya, Dosa Musyrik, Marthino Lio membawakan kisah yang berpusat pada teror mistis akibat pencurian keris keramat.
Keris film tersebut menjadi salah satu properti yang sering muncul karena perannya dalam plot cerita. Namun, Marthino Lio menegaskan pentingnya memahami nilai budaya di balik keris, bukan hanya sekadar menonjolkan sisi mistisnya.
Selama proses syuting, keris yang digunakan bukanlah buatan teknologi atau sekadar properti, melainkan keris asli yang dipilih secara hati-hati oleh Hadrah Daeng Ratu, sang sutradara. Beberapa keris yang digunakan dalam syuting memiliki nilai keramat yang tinggi, bahkan beberapa di antaranya dipercaya memiliki "isi" atau kekuatan tertentu.
Baca Juga: Fedi Nuril Serius Ingin Main Film Horor: Tapi Jadi Setannya
Meski begitu, Marthino Lio memilih untuk tidak berinteraksi langsung dengan keris yang dianggap sakral. Ia hanya fokus pada keris yang digunakan sebagai properti dalam perannya.
"Lebih ke nggak mau ya, megang yang gitu-gitu," ujarnya sambil tertawa.
Marthino juga mengajak masyarakat untuk memandang keris sebagai bagian penting dari budaya, bukan semata-mata benda mistis. Menurutnya, keris adalah salah satu peninggalan budaya yang harus dilestarikan.
Baca Juga: Gina S Noer Gelisah Agama Islam Terus Terusan Dieksploitasi di Film Horor Indonesia
"Itu bagian dari budaya kita kan. Dari barat ke timur, pusakanya itu dari yang kecil, ke sininya semakin besar," ujarnya.
Lebih lanjut, Marthino menjelaskan bahwa pembuatan keris adalah proses yang sarat makna. "
Kayak keris itu kan sebenernya terbuat dari meteorit yang ditempa sampai terbentuk yang ada corak-coraknya itu," tambahnya.
Marthino Lio Tolak Adegan Ciuman meski Dibayar Rp50 Miliar
Melalui film Dosa Musyrik, Marthino Lio berharap masyarakat dapat memahami bahwa pengkeramatan benda seperti keris harus disertai dengan rasa tanggung jawab dan tidak disalahgunakan.
"Jangan sampai ada penyelewengan. Yang seperti itu akan membuat identitas budaya ini jadi hilang," tutupnya.