Film

Ernest Prakasa Ungkap Alasan Filmmaker Tidak Boikot Film Vina Meski Dianggap Eksploitasi Tragedi

Film Vina Sebelum 7 Hari mendapatkan cemooh dari netizen karena dianggap mengeksploitasi tragedi yang menimpa pemilik kisah nyata. Ernest Prakasa pun memberikan pendapatnya,

Ini terjadi sejak teaser Film Vina dirilis beberapa waktu lalu. Awalnya teaser hanya berupa audio suara remaja perempuan yang cerita soal pemerkosaan.

Setelah diperhatikan ternyata itu adalah suara seseorang yang dirasuki arwah Vina yang diduga meminta pertolongan.

Seperti yang diketahui Vina adalah korban pemerkosaan geng motor di Cirebon pada 2016 silam. Dia tidak sendiri. Ada kekasihnya, RR yang menemani.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by anggy_umbara (@anggy_umbara)

Namun pada tragedi itu, keduanya meninggal dikeroyok geng motor yang lantas mayat mereka dibuat seakan mereka meninggal karena kecelakaan.

Selang delapan tahun kemudian, tragedi ini dikisahkan dalam bentuk film horor oleh Dee Company dan disutradarai Anggy Umbara.

Klimaksnya, ketika rilis poster official Film Vina Sebelum 7 Hari pada Kamis (28/3), aksi cancel semakin menjadi-jadi di media sosial.

Salah seorang netizen mengungkapkan keinginannya dan mengajak penonton Indonesia lainnya untuk memboikot Film Vina.

Dia pun menanyakan kenapa filmmaker Indonesia terkesan tidak peduli dan tidak menghiraukan adanya film tersebut.

“Yang gw nggak ngerti itu kenapa sesama filmmaker (apalagi sama-sama bergabung di asosiasi yg sama, baik itu sutradara, penulis atau produser) pada diam semua, nggak ada satu pun yg negur, memboikot,” tanyanya.

“Apa udah pada mati nuraninya? Apa karena nggak ada konflik kepentingannya?” lanjutnya

Ernest Prakasa yang merupakan filmmaker dalam asosiasi yang sama dan sahabat Anggy Umbara memberikan pendapatnya.

Ernest Prakasa untuk Film Vina [Twitter]

Menurut Ernest, Film Vina berada pada posisi yang cukup rumit.

“Film Vina ini berada di ambang batas moralitas yang cukup rumit. Buat banyak orang, ini eksploitasi tragedi,” ungkap bapak dua anak itu.

“Tapi berdasarkan banyak komentar di trailer yang terpajang di media sosial, tidak sedikit yang merespon positif bahkan menantikan film ini,” imbuhnya.

Sedangkan kolom komentar di akun Instagram Anggy Umbara dipenuhi olokan deaf tone yang sedang naik daun saat ini.

Deaf tone diartikan sebagai julukan untuk orang yang tidak mengerti apa yang dirasakan orang lain alias kurang empati.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top
Indopop.id Dapatkan Gosip Ekslusif Paling Update dan Terkini Selebriti Indonesia
Dismiss
Allow Notifications