Banyak edukasi yang perlu diberikan pada anak sebagai modal di masa depan. Cara ini disadari betul oleh Ersa Mayori.
Hanya saja, kata Ersa Mayori, penyampaian edukasi harus menyesuaikan usia anak. Salah-salah, pesan yang ditranfer tak sampai pada anak.
“Intinya dari yang bisa dipahami anak,” kata Ersa Mayori dalam sebuah wawancara.
Ersa Mayori bersama suami dan anak-anaknya [Instagram]
Jika anak masih kecil, Ersa Mayori menyarankan menyampaikan edukasi dengan cara yang menyenangkan, dari mendongeng misalnya.
Ketika mendongeng, Moms bisa menyelipkan cerita tentang baiknya menyimpan uang atau menabung.
Bila pemahaman tentang keuangan telah diberikan sejak dini, saat anak memasuki usia remaja, mereka tidak akan terkejut dengan cara mengelola keuangan. Anak akan menjadi lebih mandiri dan bijak.
Ersa Mayori juga memiliki pengalaman dalam mendidik anak-anaknya mengenai keuangan. Dahulu, ia mengajak anak-anaknya ke bank untuk menyimpan uang angpao yang mereka dapatkan saat hari raya.
Di bank, Ersa membuka rekening baru. Setelah itu, anak-anaknya diminta untuk menyerahkan uang angpao tersebut kepada teller.
Setelah transaksi selesai, anak-anak menerima buku tabungan. Namun, alih-alih merasa senang, mereka malah menangis.
“Ketika melihat uangnya sudah nggak ada, mereka malah menangis, ‘Mana uangku?'” kata Ersa Mayori menirukan ucapan anaknya waktu itu.
Ersa Mayori bersama dua anak perempuannya [Instagram Ersa Mayori]
Ersa Mayori lalu menjelaskan kepada anak-anaknya di mana uang tersebut disimpan. Sayangnya, penjelasan itu tidak membuat mereka berhenti menangis.
Pengalaman ini membuat Ersa menyadari bahwa pendidikan keuangan harus disesuaikan dengan tahap usia dan perkembangan anak.
“Karena cara penyampaiannya tidak sesuai dengan pemahaman mereka, jadi hasilnya tidak seperti yang diharapkan,” ujar Ersa Mayori.
