Bukan Karena Uang, Ini Alasan Mimi Peri Ogah Pindah ke Jakarta
Di balik persona kocak dan tingkah nyentriknya di media sosial, Mimi Peri ternyata menyimpan kisah pengabdian yang begitu tulus. Selebgram dengan nama asli Ahmad Jaelani ini memilih jalan hidup yang tak biasa bagi seorang figur publik.
Meski banjir tawaran pekerjaan di Jakarta, Mimi Peri mantap menetap di kampung halamannya, Kendari, Sulawesi Tenggara. Keputusan ini bukan tanpa alasan, melainkan karena satu hal yang sangat berarti baginya: sang ibu.
Dalam sebuah kesempatan menjadi bintang tamu di acara "Pagi Pagi Ambyar" Trans TV, alasan Mimi Peri akhirnya terungkap. Jawaban yang ia berikan membuat para pembawa acara terdiam kagum.
Baca Juga: Mimi Peri Dituding Tak Puasa, Ini Klarifikasinya Soal Es Campur Viral
"Enggak bisa (menetap) di Jakarta karena ada emak," ucapnya dengan nada tulus.
Ibunda Mimi Peri, Siti Purwati Muslimah, kini berusia 70 tahun. Kondisinya membutuhkan perhatian penuh setiap hari. Mimi Peri mengungkapkan bahwa sang ibu tidak bisa ditinggal sendirian, apalagi di tengah keramaian.
Baca Juga: Dear Netizen, Fuji Sudah Nitip Baju Sopan untuk Hadir di Acara Ganjar Pranowo
"Emak enggak bisa ditinggal, kalau ada orang banyak suka gemetar kalau enggak ada aku," jelasnya.
Mimi Peri (Instagram)
Selain itu, membawa ibunya ke Jakarta bukanlah pilihan. Kondisi kesehatan sang ibu tidak memungkinkan untuk bepergian jauh, apalagi naik pesawat.
"Kalau naik pesawat juga enggak bisa karena jantungnya suka enggak beraturan. Katanya sakit jantung," tambah Mimi Peri.
Dedikasinya untuk merawat sang ibu begitu total. Ia bahkan tidak mempercayakan perawatan tersebut kepada orang lain, termasuk saudara kandungnya sendiri.
Mimi Peri (Instagram-mimi.peri)
Keputusan ini juga dipengaruhi oleh pengalaman pahit di masa lalu. Mimi Peri pernah meninggalkan ibunya selama tiga bulan demi syuting sinetron. Pengalaman itu menjadi titik balik yang membuatnya bertekad untukselalu berada di rumah.
Bagi Mimi Peri, popularitas dan penghasilan besar di ibu kota tidak sebanding dengan kebahagiaan melihat ibunya sehat dan terawat. Ia memilih kehidupan sederhana di kampung, namun penuh makna.