Mbak Rara Bantu Kendalikan Cuaca di Pemakaman Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII
Di tengah suasana duka dan khidmat yang menyelimuti prosesi pemakaman Raja Keraton Surakarta, Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi, muncul sebuah pemandangan yang mencuri perhatian publik dan menjadi viral di media sosial.
Sosok familier yang dikenal luas masyarakat Indonesia, Rara Istiati Wulandari, atau yang akrab disapa Mbak Rara si Pawang Hujan, terlihat hadir dalam prosesi sakral tersebut dan menjalankan ritual khasnya.
Dalam sebuah video yang beredar luas di berbagai platform digital, Mbak Rara tampak mengenakan busana tradisional Jawa lengkap dengan selendang dan sanggul khas. Ia berdiri di tengah kerumunan pelayat dan abdi dalem dengan raut wajah serius dan gerakan tangan yang menunjukkan konsentrasinya.
Baca Juga: Fakta Kereta Jenazah Pakubuwono XIII: Usia 100 Tahun dan Pernah Angkut PB X–XII
Dengan gestur khas yang telah menjadi ciri dirinya, Mbak Rara diyakini tengah menjalankan tugasnya untuk mengendalikan cuaca, memastikan prosesi pemakaman berjalan lancar tanpa gangguan hujan.
Kehadiran Mbak Rara dalam momen bersejarah itu sontak menjadi perbincangan hangat. Banyak warganet menilai kehadirannya sebagai simbol perpaduan antara spiritualitas modern dan kearifan tradisional Jawa.
Mbak Rara Pawang Hujan Facebook
Baca Juga: Biodata Haryo Purboyo Pengganti Pakubowono XIII, Pernah Viral di Kasus Pajero Putih
Dalam konteks budaya keraton, hal ini menunjukkan bahwa tradisi leluhur masih memegang peranan penting dalam setiap perhelatan besar, terutama yang berkaitan dengan prosesi kerajaan.
Prosesi Pemakaman Penuh Kehormatan
Upacara pemakaman besar-besaran ini merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi Sinuhun Pakubuwono XIII Hangabehi, yang wafat pada Minggu (2/11/2025) di usia 77 tahun. Prosesi pemakaman berlangsung pada Rabu (5/11/2025) pagi, dimulai dari dalam kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Peti jenazah berwarna putih, yang diselimuti kain kebesaran kerajaan, diangkat dengan penuh hormat oleh para prajurit TNI dan Polri.
Suasana haru terasa saat peti tersebut ditempatkan di atas Kereta Ratu Pralaya, kereta kencana khusus yang selama ini digunakan untuk membawa jenazah raja menuju peristirahatan terakhir. Kereta tersebut ditarik oleh beberapa ekor kuda pilihan, sementara iring-iringan berjalan perlahan meninggalkan kompleks keraton.
Sepanjang jalan yang dilalui, ribuan warga Solo tampak tumpah ruah memberikan penghormatan terakhir. Mereka berdiri rapi di sisi kanan dan kiri jalan, beberapa menundukkan kepala, sementara yang lain melantunkan doa.
Pemandangan ini memperlihatkan betapa besar rasa cinta dan hormat masyarakat terhadap sosok raja yang selama masa kepemimpinannya dikenal sederhana dan dekat dengan rakyat.
Momen Mbak Rara Jadi Pawang Hujan Di Solo Tiktok
Momen kehadiran Mbak Rara di tengah prosesi tersebut memperkaya makna upacara kerajaan yang sarat simbolisme. Bagi sebagian orang, ia menjadi representasi kekuatan spiritual Nusantara yang masih hidup di tengah arus modernitas.
Ritual pengendalian cuaca yang ia lakukan bukan sekadar atraksi, tetapi dipercaya sebagai bentuk pengabdian terhadap harmoni alam dan manusia, sesuai dengan falsafah Jawa.
Kehadiran Mbak Rara dalam upacara pemakaman ini sekaligus menegaskan bahwa nilai-nilai budaya dan spiritual Jawa masih berdenyut kuat di tengah masyarakat. Dalam suasana duka yang mendalam, masyarakat tidak hanya menyaksikan perpisahan seorang raja, tetapi juga melihat bagaimana warisan tradisi dan keyakinan leluhur tetap dijaga dan dihormati.