Flexing Kartu BCA Prioritas, Saldo Rekening Yudo Sadewa Anak Menkeu Purbaya Rp 1 Miliar?
Nama Yudo Sadewa, putra dari Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, Purbaya Yudhi Sadewa, belakangan ini ramai menjadi perbincangan di media sosial.
Kontroversi bermula dari candaannya yang menyebut sang ibu sebagai "agen CIA" dan semakin memanas setelah sebuah video lamannya yang mengulas "ciri-ciri orang miskin" kembali viral.
Dalam video tersebut, selain menyampaikan pandangan yang dianggap merendahkan dan arogan, Yudo juga memamerkan Kartu BCA Prioritas yang dimilikinya.
Baca Juga: Pantas Cantik Jelita, Ternyata Ida Yulidina Istri Menkeu Purbaya Keturunan Bule!
Ia menyebut bahwa dengan kartu tersebut, seseorang tidak akan dipandang secara fisik (seperti dari cara berpakaian) ketika ingin dilayani di bank. Pamer kekayaan ini justru memicu tanda tanya dan kritik lebih lanjut dari netizen.
Lantas, apa sebenarnya Kartu BCA Prioritas yang dipamerkan Yudo itu? Mengapa kartu ini menjadi simbol eksklusivitas? Dan yang paling banyak dipertanyakan: benarkah seorang anak muda seperti Yudo sudah memenuhi syarat ketat untuk memilikinya?
Mengenal BCA Prioritas: Bukan Kartu Biasa
Baca Juga: Viral Haji Her 'Sultan Madura' Tajir Melintir, Menkeu Purbaya Ditantang Audit Hartanya
Kartu BCA Prioritas
BCA Prioritas bukanlah sekadar kartu debit atau kartu kredit biasa. Ini adalah sebuah program keanggotaan eksklusif yang ditawarkan oleh Bank BCA kepada nasabahnya yang memiliki kekayaan finansial di atas rata-rata. Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman perbankan yang lebih personal, privat, dan premium.
Syarat Menjadi Nasabah BCA Prioritas:
Kunci utama dari keanggotaan BCA Prioritas adalah undangan atau invitation only. Artinya, seseorang tidak bisa mendaftar secara mandiri begitu saja. Bank BCA yang akan menyeleksi dan menawarkan keanggotaan ini kepada nasabah yang dianggap memenuhi kriteria.
Adapun kriteria utama yang harus dipenuhi adalah:
-
Memiliki rata-rata saldo gabungan selama tiga bulan terakhir minimal Rp 1 miliar.
-
Portofolio simpanan ini dapat berupa gabungan dari berbagai produk, seperti tabungan, giro, deposito, dan investasi reksa dana melalui BCA.
-
Mengisi formulir registrasi dan ketentuan nasabah BCA Prioritas.
Biaya Layanan:
Nasabah BCA Prioritas juga dikenakan biaya layanan sebesar Rp 500.000 per bulan. Biaya ini akan dibebankan jika rata-rata portofolio simpanan nasabah pada bulan tersebut turun di bawah ketentuan yang berlaku (misalnya, di bawah Rp 1 miliar).
Keuntungan dan Fasilitas:
Yudo Sadewa
Sebagai imbalan dari syarat dan biaya yang tinggi, nasabah menikmati berbagai keistimewaan, seperti:
-
Kartu BCA Prioritas Mastercard: Kartu debit yang menjadi simbol keanggotaan.
-
Dedicated Relationship Manager (RM): Nasabah dilayani oleh seorang manajer hubungan yang siap membantu 24/7 melalui ponsel.
-
Layanan Prioritas: Antrian khusus di cabang BCA, layanan telepon prioritas, dan kemudahan transaksi perbankan.
-
Akses ke Produk Eksklusif: Penawaran khusus untuk produk deposito, reksa dana, dan produk investasi lainnya.
-
Akses ke Lounge Bandara: Fasilitas istirahat di lounge bandara internasional tertentu.
Kontroversi di Balik Kartu Yudo Sadewa
Pamer kartu oleh Yudo justru memunculkan pertanyaan yang lebih prinsipil di benak netizen:
-
Kepemilikan atau Hak Pakai? Pertanyaan terbesar adalah apakah kartu yang ditunjukkan Yudo benar-benar miliknya sendiri. Mengingat syarat utama adalah saldo rata-rata Rp 1 miliar, banyak yang mempertanyakan apakah seorang anak muda seusianya sudah memiliki aset sedemikian besar, ataukah itu adalah kartu ayahnya (Purbaya Yudhi Sadewa) yang ia pakai?
-
Privilege dan Elitisme: Video tersebut dianggap sebagai cerminan dari privilege (hak istimewa) dan sikap elitis yang lepas dari realita mayoritas masyarakat Indonesia. Di saat banyak orang berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari, pamer kartu dengan syarat miliaran rupiah dinilai sangat tidak sensitif.
-
Etika dan Tanggung Jawab Sosial: Sebagai bagian dari keluarga pejabat publik, tindakan Yudo dilihat tidak mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan justru memperlebar gap persepsi antara elite dan masyarakat biasa.