Me and Moms

Faktor-faktor yang Menyebabkan Anak Agresif hingga Nekat Melukai

Media massa dan online tengah riuh dengan kabar-kabar soal perundungan dan kekerasan yang menjerat anak.

Bukan hanya anak sebagai korban, dalam beberapa kasus akhir-akhir ini, anak juga diduga sebagai pelaku kekerasan tersebut.

Ilustrasi (Pexels)

Contohnya kasus perundungan yang terjadi di sebuah sekolah internasional yang melibatkan anak Vincent Rompies.

Terbaru, ada kasus perundungan hingga menyebabkan kematian yang terjadi di sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur.

Pertanyaannya kini, mengapa sih anak sampai tega bersikap agresif hingga nekat melakukan kekerasan?

Dikutip IndoPop dari berbagai sumber termasuk Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry dan WebMD, ternyata ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak melakukan hal tersebut.

Di antaranya adalah faktor biologis, faktor lingkungan hingga faktor internal anak.

Untuk faktor biologis misalnya, beberapa anak lahir dengan temperamen yang lebih mudah marah dan impulsif, yang dapat membuat mereka lebih mudah untuk menjadi agresif.

Ada juga peran genetik di mana gen dapat memainkan peran dalam agresivitas. Jika orang tua atau anggota keluarga lain memiliki riwayat agresivitas, anak-anak lebih berisiko untuk menjadi agresif.

Faktor biologis lain adalah kondisi medis seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yang dapat meningkatkan risiko agresivitas pada anak-anak.

Ilustrasi anak. (Pexels)

Sementara faktor lingkungan, pengalaman traumatis anak-anak seperti pernah mengalami trauma, penganiayaan atau pelecehan, biasanya lebih berisiko untuk menjadi agresif.

Kurangnya pengawasan dari orang tua atau pengasuh juga dapat membuat anak-anak lebih mudah untuk menjadi agresif.

Tak hanya itu, anak-anak juga dapat belajar perilaku agresif dari orang dewasa di sekitar mereka, seperti orang tua, guru, atau teman sebaya, serta aparan kekerasan di media, seperti televisi atau video game.

Terakhir adalah faktor internal di mana anak kesulitan untuk mengelola emosi seperti kemarahan atau frustrasi, lebih berisiko untuk menjadi agresif.

Anak-anak yang tidak memiliki keterampilan sosial yang baik, seperti komunikasi dan menyelesaikan konflik juga lebih berisiko untuk menjadi agresif.

Nah, jika orangtua khawatir tentang perilaku agresif anak, penting untuk mencari bantuan profesional.

Seorang psikolog atau terapis anak dapat membantu untuk memahami penyebab agresivitas anak dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top
Indopop.id Dapatkan Gosip Ekslusif Paling Update dan Terkini Selebriti Indonesia
Dismiss
Allow Notifications