Me and Moms

Cara Orangtua Hadapi Anak Pubertas, Gempi Putri Gisel Mulai Tanya-Tanya Soal Pacar Lho

Gempita Nora Marten Instagramgisel la

Gempi anak Gading Marten dan Gisella Anastasia atau Gisel nyaris memasuki fase remaja. Dia pun mulai bertanya-tanya soal pacar pada kedua orangtunya.

Ya, Gempi bertanya kapan dia boleh berpacaran. Jawaban Gading dan Gisel pun berbeda.

Bila Gading Marten membolehkan Gempi berpacaran saat berusia 16 tahun, Gempi mengizinkannya empat tahun lagi dari usia tersebut.

Gading Marten dan Gempi [Instagram]

Sebenarnya bagaimana sih orangtua dalam menyikapi masa pubertas anak? Jangan langsung marah-marah ya Moms, ada caranya sendiri.

Seperti apa? Simak ulasannya berikut ini.

1. Tetap Tenang

Adalah wajar jika orangtua merasa cemas ketika menyadari anak mulai menjalin hubungan asmara. Namun, hindari bereaksi dengan emosi yang berlebihan. Karena marah hanya akan membuat anak merasa sulit untuk berbagi kisah cintanya, baik saat ini maupun di masa depan. Untuk memastikan bahwa anak menjalani hubungan yang sehat, penting bagi orangtua menjadi pendengar yang nyaman bagi mereka.

2. Bahas Batas-batasnya

Jika Anda memperbolehkan anak untuk berpacaran, diskusikanlah batasan-batasan yang berlaku saat berpacaran. Ini penting karena anak mungkin terpengaruh oleh gaya pacaran zaman sekarang yang tidak selaras dengan nilai-nilai agama, keluarga, dan budaya. Buatlah daftar bersama mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Sampaikan informasi tentang risiko seks bebas dan tindakan apa yang bisa membuka pintu ke arah tersebut.

3. Adaptasi dengan Perubahan Gaya Pacaran

Dengan kemajuan teknologi, gaya pacaran juga mengalami perubahan. Jika dulu orangtua biasanya mengetahui pacar anak melalui surat, telepon rumah, atau “apel” ke rumah, kini anak-anak bisa menjalin hubungan lebih intensif melalui pesan singkat, berbagi foto, atau video call menggunakan ponsel pintar. Melarang mereka bisa membuat mereka menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi, maka dari itu orangtua perlu untuk beradaptasi dengan perkembangan ini.

4. Terbuka dalam Komunikasi

Pilihlah waktu yang tepat untuk membicarakan hubungan anak, siapa pacarnya, bagaimana dia, dan kapan mereka menjalin hubungan. Jadilah pendengar yang baik, biarkan mereka mengungkapkan perasaannya tanpa dihakimi atau dilarang. Bagi mereka, perasaan cinta yang sedang mereka alami sangatlah penting, dan kita harus menghormati hal tersebut. Anda juga bisa berbagi kisah cinta masa muda Anda, untuk menunjukkan bahwa hal itu adalah hal yang wajar. Jika anak menolak untuk berbicara, mungkin mereka belum siap. Cobalah lagi di lain waktu.

Gempi Rayakan Valentine bareng Temannya, Alma [Instagram]

5. Berikan Pemahaman tentang Bahaya

Jangan lupa untuk mengingatkan anak untuk memberi tahu Anda jika ada yang tidak beres dalam hubungannya. Yakinkan mereka bahwa Anda selalu siap mendengarkan dan membantu jika pacar mereka membuat mereka merasa tidak nyaman atau terancam. Ajarkan mereka bahwa harga diri mereka tidak tergantung pada pengakuan dari lingkungan pergaulan, termasuk dari pacar mereka. Jika Anda melihat hubungan tersebut membahayakan, tindaklah sesuai dengan kebutuhan.

6. Sama-sama Pahami

Pengertian orangtua tentang “pacaran” mungkin berbeda dengan pemahaman anak. Menurut dr. Karen Gill, MD, anak kelas 6 SD mungkin menganggap pacaran sebagai sekadar berkumpul di kantin saat istirahat. Anak SMP mungkin berkomunikasi dengan pacar melalui pesan, panggilan telepon, dan bersama-sama dengan teman-teman. Sementara anak SMA mungkin menganggapnya sebagai hubungan serius. Oleh karena itu, penting untuk menyamakan persepsi sebelum orangtua menjadi terlalu khawatir atau melarang.

7. Sampaikan Konsekuensinya

Anak harus menyadari bahwa menjalin hubungan juga berarti siap menghadapi patah hati. Jangan biarkan sekolah dan kehidupan sosial anak terganggu oleh hubungan asmara.

8. Kenali Pacar Anak

Tidak ada salahnya untuk mengenalkan diri kepada pacar anak. Bertegur sapa saat mereka berkunjung atau mengundang mereka makan malam bisa membantu orangtua mengenal lebih dekat karakter dan latar belakang mereka, serta menilai apakah mereka cocok untuk anak. Jika anak sudah cukup dewasa, ajaklah mereka berdiskusi tentang batasan-batasan dalam hubungan dan harapan Anda terhadap tanggung jawab mereka.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top
Exit mobile version